Kantor Kecamatan Tanpa Listrik

KECAMATAN Abungpekurun minim guru berstatus PNS. Dari total 224 guru yang ada, hanya 30 persen atau baru 70 orang yang PNS. ’’Selebihnya masih honorer,” ungkap Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Abungpekurun Hasanuddin, A.Md. di ruang kerjanya kemarin (24/3).
    Rinciannya, 49 guru PNS SD dan 15 guru PNS SMP. Sementara, total guru SD yang tersebar pada sepuluh SD yang ada sebanyak 143 orang serta tersebar di dua SMP 49 guru.
’’SMPN 1 Abungtengah misalnya, dari total 33 gurunya hanya 13 yang PNS. Sedangkan di SMPN 2 Abungtengah dari 16 guru yang ada hanya dua yang berstatus PNS. Demikian juga pada SMAN 1 Abungpekurun, hanya ada 6 guru PNS dari total 32 gurunya,” terang Hasanuddin di kantornya kemarin (24/3).
    Guru-guru yang sudah berstatus PNS  tersebut pun, lanjutnya, kebanyakan guru mata pelajaran umum. Sementara, guru bidang studi khusus, seperti matematika, ilmu pengetahuan alam (MIPA), dan bahasa Inggris, sedikit sekali.
    Minimnya guru PNS di kecamatannya tersebut karena para guru lebih memilih bertugas di ibukota kabupaten. Meskipun saat diangkat menjadi PNS telah membuat pernyataan siap ditempatkan di mana saja. ’’Karena itu, kami sangat berharap Pemkab Lampura melalui Dinas Pendidikan dapat melakukan pemerataan guru sehingga kualitas pendidikan di kecamatan ini juga sama dengan kecamatan lainnya di Lampura,” katanya.
    Hasanuddin juga mengharapkan agar dalam penempatan para tenaga pendidik, pemkab dapat mempertimbangkan kondisi pendidikan di daerah pedalaman atau pelosok. Terlebih di SDN 2 Nyapahbanyu dan SDN Ogancampang, menurutnya, hanya kepala sekolahnya yang berstatus PNS.
    Lebih jauh dia mengatakan, pihaknya masih berkomitmen memaksimalkan memajukan dunia pendidikan. Hal itu perlu mendapat dukungan seluruh pihak, termasuk pemerintah agar dapat menempatkan para guru-guru yang profesional di daerah-daerah pedalaman.

Minim Guru PNS

KECAMATAN Abungpekurun minim guru berstatus PNS. Dari total 224 guru yang ada, hanya 30 persen atau baru 70 orang yang PNS. ’’Selebihnya masih honorer,” ungkap Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Abungpekurun Hasanuddin, A.Md. di ruang kerjanya kemarin (24/3).
    Rinciannya, 49 guru PNS SD dan 15 guru PNS SMP. Sementara, total guru SD yang tersebar pada sepuluh SD yang ada sebanyak 143 orang serta tersebar di dua SMP 49 guru.
’’SMPN 1 Abungtengah misalnya, dari total 33 gurunya hanya 13 yang PNS. Sedangkan di SMPN 2 Abungtengah dari 16 guru yang ada hanya dua yang berstatus PNS. Demikian juga pada SMAN 1 Abungpekurun, hanya ada 6 guru PNS dari total 32 gurunya,” terang Hasanuddin di kantornya kemarin (24/3).
    Guru-guru yang sudah berstatus PNS  tersebut pun, lanjutnya, kebanyakan guru mata pelajaran umum. Sementara, guru bidang studi khusus, seperti matematika, ilmu pengetahuan alam (MIPA), dan bahasa Inggris, sedikit sekali.
    Minimnya guru PNS di kecamatannya tersebut karena para guru lebih memilih bertugas di ibukota kabupaten. Meskipun saat diangkat menjadi PNS telah membuat pernyataan siap ditempatkan di mana saja. ’’Karena itu, kami sangat berharap Pemkab Lampura melalui Dinas Pendidikan dapat melakukan pemerataan guru sehingga kualitas pendidikan di kecamatan ini juga sama dengan kecamatan lainnya di Lampura,” katanya.
    Hasanuddin juga mengharapkan agar dalam penempatan para tenaga pendidik, pemkab dapat mempertimbangkan kondisi pendidikan di daerah pedalaman atau pelosok. Terlebih di SDN 2 Nyapahbanyu dan SDN Ogancampang, menurutnya, hanya kepala sekolahnya yang berstatus PNS.
    Lebih jauh dia mengatakan, pihaknya masih berkomitmen memaksimalkan memajukan dunia pendidikan. Hal itu perlu mendapat dukungan seluruh pihak, termasuk pemerintah agar dapat menempatkan para guru-guru yang profesional di daerah-daerah pedalaman.

Hari Ini Abung Pekurun dan Kalibening Damai

KOTABUMI - Setelah melakukan pertemuan antara perwakilan warga Desa Kalibening dan Warga Kecamatan Abung Pekurun Lampung Utara (Lampura) beberapa waku lalu, mengenai kasus pemukulan yang dilakukan warga Desa Kalibening terhadap Antoni (18), Warga Kecamatan Abung Pekurun. Rencanannya, hari ini kedua belah pihak akan melangsungkan acara perdamaian yang dilakukan di kediaman  Sopian, orang tua Antoni (korban, red).
Yapril (34) selaku tokoh masyarakat sekaligus perwakilan pihak keluarga ketika dihubungi via telpon kemarin (10/6), mengatakan hari ini kedua pihak akan melakukan perdamaian berdasarkan kesepakatan pada pertemuan hari senin (7/6) lalu, di kediaman orang tua Antoni. ’’Rencananya, besok (hari ini, red) kedua pihak akan melakukan perdamaian di kediaman orang tua korban,’’ kata Yapril.
Yapril menerangkan, dalam pertemuan itu dirinya dan Khaidar selaku perwakilan pihak korban dan warga Abung Pekurun serta Kepala Desa Kalibening, Rudi dan Hi,. Aripin selaku perwakilan warga Desa Kalibening, disetujui bahwa pihak Desa Kalibening sepakat mengganti isi dompet korban yang berisi surat-surat berharga serta uang tunai sebesar Rp1,8 juta yang hilang saat terjadi pemukulan. Selain itu, pihak Desa Kalibening juga sepakat akan membiayai uang pengobatan sampai korban sembuh serta membayar uang adat sebesar Rp2.400.000.
’’Dalam pertemuan itu, mereka (warga Desa Kalibening, red) sepakat mengganti semua kerugian serta biaya pengobatan korban sampai sembuh,” terangnya.
Lebih lanjut Yapril juga menjelaskan, proses perdamaian akan dilangsungkan secara adat di Kecamatan Abung Pekurun, dengan menghadirkan tokoh-tokoh adat kedua pihak. Dan dengan dilangsungkannya perdamaian secara adat tersebut, secara otomatis antara Desa Kalibening dan Kecamatan Abung Pekurun telah terikat tali persaudaraan.
’’Dengan dilakukannya perdamaian secara adat, secara otomatis antara Desa Kalibening dan Kecamatan Abung Pekurun telah terikat tali persaudaraan, dan semoga kejadian serupa tidak terulang lagi,’’ pungkasnya.
Sekedar mengingatkan, warga Kecamatan Abung Pekurun menuntut agar warga Desa Kalibening mempertanggungjawabkan atas insiden pemukulan terhadap salah seorang warganya yang terjadi pada Minggu (31/5) lalu sekitar pukul 23.45 Wib. Dimana saat itu Antoni mengantarkan Sucita (16) yang merupakan adik angkatnya pulang ke rumah di Desa Kalibening menggunakan sepeda motor milik Sucita . Setelah mengantarkan Sucita, korban menunggu jemputan untuk pulang kerumahnya. Tak lama itu sekitar pukul 23.45 Wib Minggu, korban yang berada di rumah Sucita, didatangi Sutarno selaku ketua RT setempat dan sejumlah warga. Ketika dimintai menunnjukkan identitas, korban diteriaki maling dan warga setempat langsung melakukan pemukulan hingga korban mengalami luka dan di larikan ke RSU Ryacudu Kotabumi.